UA-51566014-1 Catatan Harian: 5 Pesona Negeri Van Oranje

Sabtu, 13 Desember 2014

5 Pesona Negeri Van Oranje

Sugeng sonten, gais. Kumaha damang?

Pertama-tama, kenapa NEGERI VAN ORANJE dalam judul saya tulis italic? Ya, betul (emang siapa yang jawab!). Karena saya bukan bermaksud menjelaskan betapa menariknya Negeri Van Oranje. Kawan, kalian pasti sudah tahu kan apa itu Negeri Van Oranje? Bukan. Bukan yang sebelah selatannya Semarang Selatan….

Nah, itu iya.. Belanda. Alias dutch, alias Holland, alias negeri kincir angin, alias Londo, alias kompeni, alias yang bukan mau dibahas di sini tapi keseret-seret juga!

Oke, langsung saja.. tujuan saya menuliskan cetak miring adalah agar anda tidak salah paham. Karena Negeri Van Oranje merupakan judul novel. Biar anda nggak dimarah-marahin dosen pas presentasi gara-gara lupa meng-italic-kan judul buku. #pengalaman

Jadi, Negeri Van Oranje adalah sebuah novel yang menceritakan persahabatan 5 orang mahasiswa yang kuliah di Belanda. Mereka dengan background yang pastinya berbeda dan juga beda alamamater pula (nah lo, ketemu di mana?), berkumpul dan membuat sebuah geng yang dari sana lahir banyak cerita. Secara keseluruhan novel ini membahas kehidupan intelektual marginal (istilah disponsori oleh alur hidup memprihatinkan para tokoh) yang penuh petualangan mengesankan. Persahabatan kental antara 4 cowok dan 1 cewek dalam Negeri Van Oranje, dibumbui kisah cinta minimalis yang sedap, menimbulkan citra tersendiri bahwa pemikir pun punya cerita yang bukan sekadar urusan akademis. Perpaduan proporsional tersebut kemudian dikemas dalam kotak bahasa yang yummmyy (hey, kok jadi kayak masakan!).

Tapi di sini saya hanya akan membahas 5 hal menarik dari Negeri Van Oranje. Bukan resensi sistematis yang berusaha menarik minatmu untuk datang ke toko buku Lalu beli. Iya kalau menarik. Kalau jadinya malah kaku? Karena, saudara-saudara, andai kau tahu betapa menulis sistematis itu bentuk tekanan batin dalam diam. Harus sesuai eyd-lah, format kudu jelas, deskripsinya wajib masuk akal dan pake tinjauan referensi, belum kalau tiba-tiba ada yang teriak di depan mukamu “INI ESENSINYA APA?? Kamu semester 7 sudah dapat teknik penulisan sama metode penelitian belum sih!”

gERRRrrrr…

Ya begitulah saudara-saudara, mari kita bicara tentang subtansi saja. Karena sejatinya, pendahuluan itu cuma basa-basi dan ya ampun…. Hentikan ketidakjelasan iniiiii.

Oke, check it out.. 5 Most favorite things that I love from Negeri Van Oranje:

1. Informasi Study Abroad, Life Abroad

            Jelas… salah satu keunggulan novel ini yang tidak dimiliki novel lain adalah referensinya mengenai hidup di luar negeri. Lengkap, nyaris seperti buku panduan. Terutama bagi kamu yang mau sekolah ke Holland raya sana. Mau Info hiburan mahal, hiburan murah, hiburan murah percuma dan buang waktu? ada. Kiat belanja sehari-hari, mingguan, bulan bahkan seumur hidup? Ada. Info belanja juga mencakup harga, toko dan barang-barang bagus juga halal. Mau cari biaya tambahan karena beasiswa kurang, atau malu minta duit sama emak (maksudnya karena emaknya juga nggak punya duit)… tenang, dan jangan keburu jual diri dulu. Ada info tentang kerja part time, full time sampe rodi yang efek sampingnya menurunkan berat badan dan mengurangi waktu belajar. Sampai-sampai kiat jitu buat jadi pelajar teladan pun ada. Bahkan nyampe 7 halaman sendiri. Gilaaaa, kurang baik apa coba pengarangnya. Bikin fiksi sekaligus panduan yang menghibur dan membuatmu bertahan hidup dari rongrongan harga mahal di Belanda.

            Maka, buku ini saya labeli Ultra Highly Recommended. Baca Negeri Van Oranje sebelum ngerantau ke Belanda sama wajibnya kayak minum air sehabis makan. (Daripada seret di jalan, gais.)

2. Fakta

            Menurut teori Sastra, fiksi adalah cerita rekaan yang kendati mimetis tidak dapat disepadankan dengan kehidupan nyata.

            Sumpahhhhh…. Saya nggak percaya banget sama teori itu, gais. Pasti pengarangnya berkaca dari pengalaman nyata dan berniat berbagi ilmu tanpa harus sistematis. Dengan baca Negeri Van Oranje, kamu bakal manggut-manggut karena kehidupan luar negeri tidak selamanya manis. Kelihatannya sih beruntung tingkat dewa orang yang dapat beasiswa ke luar negeri (Walaupun di lihat dari semua sisi, emang beneran beruntung). Senangnya memang banyak, tapi susahnya? Wuihhh.. jauh lebih banyak. Termasuk perjuangan mendapat beasiswa, bertahan hidup dan lulus dari penjara bernama tesis.

            Bagi anda yang ingin Study abroad, plis, jangan cuma terbuai sama testimoni dan motivasi. Anda perlu berbekal fakta bahwa di balik kemegahan status mahasiswa program magister, ada kesulitan akademik dan non akademik yang naudzubillah. Contohnya ketika tokoh Banjar yang teratur tidak berdaya saat Shit Happens: laptopnya permanently shutdown, padahal nggak ada back up data, hardisk recovery kelewat mahal ditambah musibah hilangnya berbagai rough data file plus 2 giga foto narsis selama di Eropa. Sementara ada 3 dokumen yang harus cetak, deadline proposal tesis dan dua final paper.

Tapi nggak perlu parno. Negeri Van Oranje juga menawarkan hal-hal manis yang berbanding terbalik dengan kesulitan-kesulitan tadi. Jadi semacam dua sisi mata uang, Negeri Van Oranje menawarkan fakta getir sekaligus manis setingkat penyebab diabetes mellitus. Kesulitan berbanding terbalik dengan kemudahan. Dan justru itu, Negeri Van Oranje seolah menghimbau pembaca untuk memperlakukan mimpi seperti slogan Nike:

IMPOSSIBLE IS NOTHING!

3. Persahabatan

Di tempat yang tak satu pun orang adalah keluargamu, di negeri yang mata uangnya jauh melampaui harga mata uangmu, apa yang lebih berharga selain sahabat? Nggak ada, gais. Sahabat emang nggak ada matinya. Dan di rantau, mereka orang yang paling terkejut sekaligus berduka kalau kamu mati (Astaghfirullah, jangan praktek ya, sedihnya beneran kawan).

Persahabatan sama halnya koneksi, bersifat maha penting bagi anak rantau. Ini menentukan tingkat kebetahanmu di tanah rantau, gais. Bahkan terkadang koneksi memudahkan seseorang dalam mengakses sesuatu. Tapi koneksi di sini bukan berarti kamu bisa KKN (Kuliah Kerja Nyata, eh bukan, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Ingat, meski birokrasi Belanda belibet, ia nggak mata duitan kayak Indonesia. So, jangan coba-coba nyuap atau nerobos antrian, itu malu-maluin bangsa.

Di Negeri Van Oranje, tema mayor yang menonjol adalah persahabatan. Digawangi oleh tokoh Daus, Banjar, Wicak, Lintang dan Geri, lima sekawan dengan karakter berbeda-beda membuat Negeri Van Oranje nggak monoton. Daus yang idealis tapi polos, Wicak yang nasionalis tapi songong, Lintang yang mempesona tapi lugu, Banjar yang tengil tapi kasar (lah, nggak ada bagus2nya), the last, Geri yang ganteng, kaya raya dan nggak ada tapinya. Eh, ada ding dan Tapi-nya Geri parah banget. Mau tau? Baca sendiri yaa

Persahabatan mereka didukung oleh cinta banyak segi. Kocak namun penuh konflik. Berkat Negeri Van Oranje saya sadar, bahwa memang laki-laki dari alam bawah sadar sudah begitu: suka memperebutkan perempuan dengan cara yang tidak prinsipil. Karakter tokoh yang paradoksal juga sedikit banyak memperkuat pemahaman saya bahwa perempuan harus punya iman. Maksudku, cowok ganteng, baik plus tajir memang segalanya, tapi segalanya itu nggak bermakna kalau dia bahkan tidak memiliki satu hal saja: kesejatian.

Jadi lebih baik setia sama satu orang di hatimu. Sama dia yang kamu nggak tahu siapa, tapi bahkan kamu rela nunggu tanpa menghitung bilangan waktu. Semua demi keyakinan. Seperti kata Dee “Carilah orang yang nggak minta apa-apa, tapi kamu ingin memberi segalanya”.

Tuhkan ngelantur.

Tapi secara umum pengarang punya pandangan luas tentang makna sebuah hubungan. Egaliter, tidak menghakimi dan yang terpenting, tulus. Maka dalam urusan per-lintang-an di antara tiga cowok Aagaban, wicaklah yang menang karena dia tulus. Nggak mudeng? Makanya baca. Hehe.

4. Bahasa
Karena sastra adalah produk bahasa, nggak mungkin kamu baca tanpa memperhatikan bahasa dan cara pengungkapannya. Menurut saya pribadi, novel bagus bukanlah karya yang mengangkat tema serius, tapi novel dengan bahasa melenakan sampai pembaca nggak sadar itu penting atau tidak. Yang penting baca aja dan ada manfaatnya.

Pertamanya, Negeri Van Oranje terlihat biasa karena bahasa yang digunakan nggak nyastra. Namun tanpa disadari, yang dianggap biasa itu ternyata mampu memprovokasi mata untuk lanjut ke halaman-halaman berikutnya. Lebih jauh, pembaca bahkan sampai ketawa-ketiwi sendiri yang berarti dia telah menikmati. Di luar perkara efektivitas, bahasa novel Negeri Van Oranje sangat komunikatif. Kocak tapi mempesona, penuh istilah borjuasi intelek tapi terkadang ndesone mendasarrr… sebuah kompleksitas yang membuat saya bertanya-tanya, “Pengarang Yth, ini maksudnya apa ya?? Anda keren tanpa bermaksud keren.”

Hmm.. mungkin efek nulis keroyokan. FYI, Negeri Van Oranje ditulis oleh 4 orang: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana.

Secara keseluruhan, saya suka pake bangetnya yang level 10, novel ini bukan saja keren secara subtansi tapi juga kemasannya.

5. Isu dalam Cerita

Negeri Van Oranje juga mengandung isu tidak sederhana yang inspiratif namun di satu sisi menyulut kejengkelan. Ada aksi birokrasi yang aristokratis tapi kadang-kadang nggak mutu, masa studi banding ke perusahaan coklat aja pake bawa 20an orang, pake travel lagi. Itu studi banding apa legiun perang??!! Belum pas diajak diskusi sama ketua PPI (persatuan pelajar Indonesia), mereka-mereka langsung ngacir dengan dalih rapat urgen, padahal di rundown nggak ada. Piye perasaanmu?

Demikian tipikalnya birokrat alias orang pemerintahan alias PNS di mata mahasiswa Indonesia di Belanda, formalitas tanpa integritas. Membuat para penerus bangsa yang secara genetik cerdas-cerdas itu enggan balik ke Indonesia, dan memilih menjadi budak swasta atau mengembangkan pengetahuan di Negara orang. Karena pulang ke Indonesia itu sendiri adalah permasalahan dilematis: Pulang nggak dianggap (salah2 jadi pecundang) kerja di pemerintahan pun makan ati, nggak pulang dikira nggak tahu diri.

Dalam isu dilematis itu muncul tokoh Daus (PNS Depag), si idealis nan polos tersebut mencoba mengungkapkan prinsipnya. Bahwa meski moral birokrat Indonesia sulit diperbaiki, bukan mustahil satu orang membuat perbedaan. Semacam mendobrak hegemoni. Jangan menunggu lahirnya bukti bahwa PNS berintegritas, tapi jadilah bukti itu sendiri.

Lagi, Negeri Van Oranje menceritakan wisata Eropa yang terkenalll.. ada mannekeun pis (patung cupid kecil pipis di Belgia), Pegunungan Alpen de-el-el. Tapi lewat salah satu tokoh, yakni Banjar (kalau nggak salah), miris dengan wisata Indonesia yang waw namun nggak terekspos. Jangankan oleh turis mancanegara, turis domestik aja entah. Bahkan Borobudur saja sudah bukan keajaiban dunia, ini kementrian pariwiasata pegimane? Padahal kalau boleh dibandingkan, patung Arjunan Wiwaha bisa jauh lebih gagah dan berwibawa dibanding Mannekeun Pis.

Isu-isu di atas bukan sekadar pemahit cerita atau buat nambah2 halaman saja. Tetapi juga fenomena yang membuka mata pembaca Indonesia, tanah air beta pusaka abadi nan jayanya masih butuh orang pinter yang bermoral dan (tentu saja) komit. Saya sih yakin orang pinter di Indonesia bejibun, sebagian dari mereka juga bermoral, tapi ketika menjadi pemegang kekuasaan & pembuat kebijakan komitmen merekalah yang dipertanyakan.

Demikian 5 hal menarik dari Negeri Van Oranje yang nggak ada di novel-novel lain. Sampai detik ini saya masih merekomendasikan dengan status Ultra High Recommended bagi yang mau sekolah ke Eropa, especially Holland. Bagi yang tidak pun saya tetap merekomendasi. Minimal kecipratan semangat belajarnya.

Sekian. Selamat membaca :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar