UA-51566014-1 Catatan Harian: September 2015

Minggu, 13 September 2015

Epigram dan Selingan


            Frederich Nietzsche dalam bukunya Beyond Good and Evil menuliskan beberapa epigram mengenai kehidupan. Dan inilah kalimat-kalimat manis yang sudah saya list, check this out:

1. Pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri’—ini adalah perangkap terakhir yang dipasang oleh moralitas, menjerat kita sepenuhnya sekali lagi.

2. Kecintaan pada satu orang adalah barbar, karena ia dilakukan dengan mengorbankan orang lain. Bahkan kecintaan pada Tuhan.

3. Bukan kekuatan dari perasaan-perasaan besarnya, tetapi ketahanan perasaan itulah yang menandakan seorang manusia besar.

4. Beberapa burung merak menyembunyikan ekornya dari semua mata – dan menyebutnya kebanggan.

5. Seseorang yang memandang rendah dirinya sendiri masih menghargai dirinya sebagai seseorang yang memandang rendah dirinya sendiri.

6. Mengerikan jika mati kehausan di tengah laut. Apakah kebenaranmu harus sedemikian asin, sehingga ia bahkan tidak lagi dapat –meredakan dahaga? (kebenaran bukan lagi kebenaran jika dikultuskan, ia menjadi sebuah keyakinan. Maka, menirankan kebenaran justru menghilangkan fungsi ‘benar’ seperti bagaimana harusnya).

7. Laki-laki dan perempuan memiliki emosi yang sama, tetapi temponya berbeda: inilah mengapa pria dan perempuan tidak pernah berhenti salah memahami satu sama lain. (Setuju, kadang-kadang).

8. Hati terikat, jiwa bebas. –jika kau mengikat dan merantai hatimu kuat-kuat, kau dapat memberikan banyak kebebasan pada jiwamu: itulah yang kukatakan, pada suatu hari. Akan tetapi, orang-orang tidak percaya, kecuali saat mereka benar-benar menemukannya.

9. Apakah ada orang yang kadang tidak mempertahankan reputasi baiknya dengan mengorbankan — dirinya sendiri?

10. Malu pada amoralitas kita: inilah satu langkah di tangga yang mengarah menuju rasa malu pada moralitas kita.

11. Sesuai dengan diri kita, kita semua pura-pura lebih sederhana dari yang sebenarnya: inilah cara di mana kita dapat bersantai dari orang lain.

12. Bahaya dalam kebahagian. – ‘ segala sesuatu menjadi benar bagiku sekarang, mulai sekarang aku akan mencintai semua perubahan takdir—siapa yang ingin menjadi takdirku? (Kecuali kalimat terakhir, poin ini mirip ucapan Umar Bin Khattab ra., “Aku tidak peduli atas keadaan susah dan senangku, karena aku tak tau manakah di antara keduanya yang lebih baik bagiku”. Sepertinya, kita memang harus menghadapi segala sesuatu dengan biasa saja. Toh, yang membedakan kejadian menjadi baik atau buruk hanyalah persepsi kita. Acceptance is one of the ‘beyond good and evil’.)

13. Sekali kau berketetapan hati untuk menutup telinga bahkan pada kontra-argumentasi terbaik, maka itu menunjukkan bahwa kau memiliki karakter yang kuat. dan kadang juga kehendak menuju kebodohan. (Dengan konservatif, kamu mengubah dirimu menjadi pribadi teguh sekaligus kolot. Kadang-kadang moderat itu perlu).

14. Tidak ada yang disebut sebagai fenomena moral, yang ada hanya interpretasi moral atas fenomena.

15. Saat cinta atau pun kebencian tidak berperan, tindakan perempuan akan biasa-biasa saja. (Nietzsche punya kecenderungan sok tau tentang perempuan).

16. Sensualitas seringkali mendorong pertumbuhan cinta terlalu cepat, sehingga akarnya tetap lemah dan mudah tercabut. (Aku kira hanya binatang yang saling mencintai karena dorongan sensualitas. Hampir lupa, manusia adalah binatang yang berpikir. Tipis sekali ya).

17. Semua perempuan yang baik menemukan bahwa ilmu pengetahuan adalah bertentangan adalah bertentang dengan kesopanan mereka. ia membuat mereka merasa seakan-akan ada orang yang ingin melihat di balik kulit mereka—atau yang lebih parah! Di balik pakaian dan kosmetik mereka. (Iyakah?)

18. Seseorang yang tidak mengetahui cara menemukan jalan menuju cita-citanya akan menjalani hidup dengan lebih sembrono dan kurang ajar dibandingkan dengan orang yang tidak punya cita-cita.

19. Dalam menghadapi kaum terdidik dan seniman, kita dengan mudah dapat salah dalam memperhitungkan kebalikan: seringkali kita menemukan orang biasa di balik penampilan seorang terdidik yang luar biasa, dan pada kenyataannya kita juga sering menemukan seseorang yang luar biasa di balik penampilan yang biasa.

20. Dalam balas dendam dan cinta, perempuan lebih barbar dibandingkan laki-laki. (Well, ini bukti bahwa laki-laki paling barbar dalam menilai perempuan. Saya perempuan, bahkan tidak pernah sekecil upil pun berniat barbar dalam mencintai seseorang. Barbar adalah urusan subjek dengan objek. Pihak ketiga menonton saja sambil makan jambu!)

21. Dalam membandingkan perempuan dan laki-laki secara umum, kau mungkin berkata bahwa perempuan tidak akan memperoleh kegeniusan sebagai dandanan mereka jika mereka tidak memiliki insting tentang peran pendukung. (peran pendukung  perlu untuk meneguhkan posisi. Itu saja, tidak lebih).

22. Apa yang dalam suatu zaman dilihat sebagai yang jahat biasanya merupakan gema dari sesuatu yang dulunya pernah dilihat sebagai yang baik—atavisme dari cita-cita lama. (Jangan bilang kalau zaman jahiliyah juga bagian dari atavisme. Kiamat sudah dekat)

23. Di sekeliling seorang pahlawan, segala sesuatu menjadi tragedy, di sekililing manusia setengah dewa segala sesuatu menjadi drama satir, dan di sekeliling Tuhan segala sesuatu menjad apa menurutmu? Mungkin ‘dunia’? (Ini favorit saya banget)

24. Cinta mengungkapkan kualitas-kualitas besar dan tersembunyi dari pencintanya—apa yang langka dan merupakan perkecualian dari dirinya: dalam artian bahwa cinta menyembunyikan apa yang biasa-biasa saja. (Itulah kenapa ada orang yang jatuh cinta tanpa pernah bangun. Konyol, sedih, dan herannya masuk akal).

25. Memuji lebih mengganggu dibandingkan menyalahkan. (Ya Allah lindungi saya dari quote ini).

26. Nasehat aneh!. Agar suatu ikatan tetap kuat, pertama-tama gigitlah terlebih dahulu. (Saya tidak tahu apa yang Nietzsche pikirkan saat menulis ini, tapi baiklah, Nasehat aneh).

27. Mendekatnya seseorang yang lebih tinggi adalah menyakitkan karena ia tidak dapat dibalas.

28. ‘Apa yang mengejutkan bukanlah karena kau berbohong padaku, tapi karena aku tidak lagi percaya padamu’.

Sekian epigram dan selingan dari Nietzsche, tolong tidak usah diambil hati.