UA-51566014-1 Catatan Harian: Juli 2017

Jumat, 21 Juli 2017

DAILY RANTS #2

Di luar semua rasa syukur. . .

Ada resah yang berhembus dari sela-sela senja, pikir terpenjara macet, jalan raya berdebu penuh orang-orang. Aneh rasanya menyebut diriku bagian dari mereka. Para pekerja yang hidupnya disetir sistem, waktu kami habis terbeli dari petang ke petang lainnya. Aku bagian dari mereka, yang terlalu diatur keadaan sampai tak sempat merenung, melirik diri lama kami, seberapa jauh kehidupan melempar kami dari cita-cita. Di sini, saat ini, idealisme terdengar sangat omong kosong. Dan prinsip tak ubahnya zat cair yang mengemas diri, menyesuaikan wadah.

Pertanyaannya bukanlah apa aku sedih atau tidak, tetapi perasaan tak mengenal diri sendiri terus saja membuatku menengok ke belakang. Setiap bagian dari aku, tidak berserah pada tempat orang-orang menjajal nasib. Melainkan terus rindu pada hari lalu yang mengikatku sekuat temali namun serapuh mimpi. Hatiku masih di sana, di sebuah masa yang aku mencintai atmosfernya, tempat bertukar pikir tanpa tedeng prasangka.

Sering kudatangi perpus, rumah makan, toko buku, toko baju di mana hanya pantas dilihat-lihat karena harga tak mahasiswawi, cafe ngopi tanpa camilan dan segala sesuatu yang kupikir bisa memenuhi kosong ini. Tapi tak ada. Tak ada yang semanis hari lalu, tak ada pembenaran atas lagu Koes Ploes “Hati Senang Walaupun Tak Punya Uang”. Aku justru teralienasi, seperti berdiri di antara latar belakang mengabur, di antara para dewasa muda yang masih sekolah. Tak ada lagi mereka dan aku selesai dengan masa itu. Seharusnya.

Hari-hari terus mengulang dirinya, di tempat yang sangat sementara ini, rekan datang dan pergi seperti lalat pada sepiring masakan. Kami bertemu, berteman lalu berpisah, hanya menodai memori dengan kenangan yang sulit dihapuskan: manis tapi sangat sebentar. Tiap kali bercanda, diam-diam ada tanya, berapa lama kesementaraan ini berlangsung? Berapa lama lagi kami tertawa sampai rahang sakit, sebelum tercerai dan menjadi kenangan saja. Berapa lama?

Inilah yang kutakutkan dari keterikatan: erat dan meninggalkan bekas.