UA-51566014-1 Catatan Harian: Juni 2020

Senin, 15 Juni 2020

Lesson From “The Things You Can See Only When You Slow Down”





One of the nicest thing from reading a self-help book is that you can found a lot of contemplative quotation. Nah, beberapa hal yang mau saya bagikan (dari buku berjudul di atas) antara lain:
  •  I’m sure you have heard the saying “Cogito Ergu Sum”. Yep, the famous “Aku berpikir maka aku ada.” Dahulu saya cuma bisa meraba-raba maksud dari proverb latin tersebut. Kira-kira (menurut saya) adalah eksistensi kita nyata karena jelas-jelas kita dapat memikirkan hal tersebut. Tetapi buku karangan Haemin Sunim ini memberikan insight baru. Realita/kenyataan ada karena pikiran kita. Dunia/universe bukan hanya yang ada di dalam pikiran/kehidupan kita. Ada banyak tempat lain, bangsa lain, dan kehidupan lain. Sekaligus, sebagian kecil tersebutlah yang menjadi universe kita. Itulah kenapa ada yang mengatakan bahwa the whole universe existed in ourselves.


Bagaimana? Bingung? Saya juga. Tenang, masih banyak hal-hal membingungkan lainnya. I guess this is perks of being “The Things You Can See Only When You Slow Down”

  •          Kita tidak selalu apa yang kita pikirkan. Pernah baca (di buku Mark Manson) bahwa otak manusia merupakan penipu ulung. Otak cenderung memproses hal-hal negatif dan melakukan banyak denial. Itulah kenapa kita merasa buruk ketika over thinking. Don’t believe everything we thought about ourselves. Apalagi mempercayai sepenuhnya judgement orang lain tentang kita. If you wish to clear away the clouds of your thoughts, simply keep your mind in the present. The clouds of thought linger only in the past or the future (Haemin Sunim).

  •         Ketika memaksa seseorang menyetujui pemahaman kita, sekalipun benar, sesungguhnya ego kitalah yang sedang berperan. Terkadang kita mencampuri urusan orang lain, merasa melakukan itu untuk kebaikan mereka. Tanpa sadar kita sedang menganggap mereka tidak mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri. Don’t give advice unless you’re asked. Ketika memaksa, sejatinya kita bukan melakukan kebaikan, tetapi melancarkan rasa haus akan kontrol.


Begitu pula dengan cinta, saat kita berniat mengubah, berarti bukan mencintai orang itu melainkan mencintai ilusi kita sendiri. Cherish the person, not our feeling. 
  • ·    When you are making a decision, try to assess how many people it will benefit. If it satisfies only your ego and unnecessarily hurts many, then it is the wrong decision (Haemin Sunim).