UA-51566014-1 Catatan Harian: Sajak
Tampilkan postingan dengan label Sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sajak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 April 2013

Untuk Kau yang Tak Perlu Kusebut Namanya


Semarang, 9 April 2013

Untuk Kau yang Tak Perlu Kusebut Namanya

Semua yang kita alami, masing-masing begitu rumit dan melelahkan. Seolah tak ada lagi jeda untuk saling menyapa, mengenang kembali, sekalipun itu bukan sesuatu yang layak bagi sebuah memori. Kita larut dalam targetan diri yang entah. Bergulat dengan bayang kosong yang bermuara pada hedonisme semata.

Kau menjadi sangat kiri sekarang, sedangkan aku tetap dalam kekangan kanan. Persamaan kita hanyalah tentang ketidaktahuan meski keduanya tak berkaitan. Tapi aku merasa kau adalah benang merah bagi tempat absurd dari yang paling absurd. Tak peduli apa dan bagaimana.

Aku tidak sedang membicarakan kita dalam sudut pandang suatu masa. Biarlah semua berjalan seperti seharusnya tanpa campur tangan persona. Tak ada yang perlu terganggu oleh kegelisahan pada waktu. Luruslah, aku selalu di garis jejakmu. Bila kau mau, tak usah ada kata untuk bertanya.

Lekaslah lekas, kenapa kau tak juga bersua dengan karsa. Sesuatu yang telah dikuasai kehendak harusnya tak boleh “stuck”. Semua akan menjadi mudah pada saatNya. Kau hanya butuh bergerak cepat tanpa menikung keselarasan. Cepat keluar dari zona nyaman! Tempat itu terlalu sederhana untuk manusia luar biasa.

Selasa, 22 Januari 2013

Hai Mimpi, dapat salam dari semangat. Dia bilang pacarmu yang bernama sukses akan datang sesegera mungkina asal kau rajin belajar. Oia, sukses juga berpesan agar kau tidak selingkuh dengan pria dari jurusan manapun. Karena karya harus menjadi buah hati yang tidak pernah merasakan namanya tersakiti. Percayalah, suatu saat kita akan bersama-sama mengaruhi kehidupan dengan gilang-gemilang sebuah perjuangan. Berusaha ya sayang, sukses selalu menunggumu di gerbang masa depan:)

Kamis, 17 Januari 2013

Sajak Pengangguran



 Lagi nggak ada kerjaan nih. kuliah libur, tv nihil. yesungdahlah posting puisi yang sebenarnya udah basi di draft.

Hanya Sebuah “Andai”
Kubayangkan semua orang menjadi aku
Bergerak maju tanpa suara
Menjuarai kompetisi paling nyata di luar kata-kata
Tenang, senyap . . .
Oleh bukti yang tak peduli janji
padaNya kami berbakti

Kubayangkan semua orang menjadi aku
Dimana tak ada lagi pawai para calon koruptor
Menyemai neraka bagi kami di sela-sela kalimatnya
Tak ada lagi sensor untuk harta kotor
Tak ada lagi buah busuk karena disimpan
Tak ada lagi mata yang memandang geli pengetuk kaca di perempat jalan
Semua masih tanpa suara

Kubayangkan semua orang menjadi aku
Lalu presiden bersepeda
Menteri dan stafnya jalan kaki
Para petani nyaman menatap kuncup-kuncup padi


Minggu, 19 Agustus 2012

Tanpa Nama

Aku ingin menyebut namamu sekali lagi. dalam hari-hari yang dipenuhi perasaaan tak pasti.
Dekat tak membuat hati makin terpaut, lalu penghalang muncul begitu nyata pada deretan huruf dan angka. Kalau harus rela, kenapa masih terpaku dan menengok kembali. Apa yang ada di sana hingga menjadi semakin asing saat raga pulang ke pangkuan ibunda.

Mungkin kau memang bahagia.
Tak seorangpun melarang sanguin untuk disukai. Karena begitu alami, muda dan penuh cita-cita. Dan keistimewaanmu adalah kau tau kau menarik. Jadi tersenyumlah untuk meraih hati siapa saja.

Sayang aku tak suka menyebutmu secara gamblang. Atau harus lari dari pandangan ambigu ketika menatapku. Lebih miris sebab kita berjalan di garis nisbi masing-masing mimpi. Bahkan pada secarik kertas namamu hanyalah sebuah tanda. Tapi di luar batasan yang aku tak tau, kau adalah segalanya.

Berkali-kali angan itu datang.
Melebur semua probabilitas antara kau dan aku. Saat konklusi menyatakan bahwa menjadi satu bukanlah kata mustahil, ia selalu ada dalam kamus hidup manapun.
Mengertilah, aku menyukai tanpa frasa ingin memiliki.