UA-51566014-1 Catatan Harian: Untuk yang Butuh Digenapi Untuk Menjadi Definisi

Senin, 22 September 2014

Untuk yang Butuh Digenapi Untuk Menjadi Definisi

            Selamat pagi, kamu yang selalu ada. Salam dari manusia penuh tanda tanya yang dengan sendiri tak pernah yakin pada kalimat-kalimat, pada janji sebelum benar terjadi, pada esensi yang masih diselimuti teka-teki.

Untukmu yang begitu kaku, beku dan lugu.

            Bisakah kamu melebur tanpa warna? Berhentilah bersuara dalam bahasa angka, please, jangan memburu seperti hantu atau peluru-peluru yang rindu untuk menghabisimu dalam eksistensi kami. Sehingga kita bisa tau, apa yang membuatmu begitu terhormat sekaligus angkuh mengkotak-kotakan entitas ke dalam absurditas malka.

Orang bilang kamu seperti pedang, layaknya uang, sebagaimana ilmu. Tapi dengan sendirinya membuktikan bahwa tak pernah ada yang tepat untuk memetakanmu.

Kamu berharga, aku tahu itu, selalu tahu. Sayangnya bagian mana darimu yang bisa setitik saja mengerti, kemudian sepakat untuk tidak sepakat bahwa bahagia itu sederhana. Mari sini, kita rinci bersama-sama. Bahwa katakanlah, bahagia memang sederhana. Tapi kamu membuatnya serumit benang kusut yang simpulnya sudah tak dapat dipastikan lagi. Sesekali, tanpa tanda kau membuat kami berada dalam kondisi yang dirasa sempurna, namun kali lain memaksanya untuk tak bisa diformulasi menjadi rencana. Hingga masing-masing hilang, dan sekali ini, kamu masih selalu ada. Entah sampai kapan.

            Segalanya menjadi meta dalam Terra Incognita. Apa itu “Carpe diem, quam minimum credula postero”! Cih. Cuma kamu yang bisa memaknai maknanya, kan? Memaknai makna. Memaknai makna. Sekalipun aku berada dalam infinitum bersama orang serupa, mengalami déjà vu, atau bahkan merasakan inkarnasi berkali-kali… tetap kamu yang bisa menarik premis postulat dalam sebuah riwayat. Memecahnya jadi ceceran aksioma yang harus digali tanpa apa.

Hey, kamu yang sangat semena-mena dan ambigu… orang bilang namamu WAKTU. Betul begitu?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar