UA-51566014-1 Catatan Harian: Niat

Jumat, 02 Mei 2014

Niat




“Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.” 

Di atas adalah hadis Arbain pertama dan (sampai saat ini) satu-satunya yang aku hapal. Kadang-kadang otakku bebal sekali sampai pelajaran madrasah yang sudah kuhadapi sejak kelas 3 SD, meruap begitu saja seperti asap ditiup angin. Sehingga setua ini harus menghapalkannya dari awal. 

Tapi poinnya bukan itu. . .ingat, bukan soal otakku yang bebal. Yap, poinnya adalah tentang niat. Sekali lagi NIAT. 

Coba ingat-ingat kembali, seiring berjalannya waktu niat kita menjumpai tantang yang meluluhlantakkannya. Atau bahkan membelokkan dengan senang hati. Apa yang terjadi jika pada akhirnya niat kita berlabuh pada dermaga yang salah? Apakah kita masih akan mendapat pahala berdasarkan niat awal? Entahlah, tentang dosa dan pahala semua bergantung padaNya. Itu semua hak prerogatifNya yang tak bisa kita intip.

Sedikit cerita, sebagai anak SMA niat awalku melangkahkan kaki ke Semarang adalah kuliah. Piciknya, ingin menjadi katak yang berkutat dalam tempurung sastra. Makanannya sastra, atmosfernya sastra, bahkan feses pun sastra (astaghfirullah :D). Namun tiba-tiba negara api menyerang, peristiwa demi peristiwa terjadi dan mengubah cara pandang. Haruskah aku saklek pada niat awal dan membiarkan semua terbengkalai? Sementara aku mahasiswa biasa yang tak bisa menahan diri untuk tak haus informasi. Diserang panah bertubi-tubi dan masih hidup laksana Bhisma yang memilih kematiannya sendiri. Ya, perlahan niatku berubah haluan, menjadi semacam utopia yang anehnya membuatku tak ingin mundur hanya karena dia utopia. Aku tipe orang yang percaya, bahwa fatamorgana sekalipun akan berubah menjadi oase ketika kita masih terus mencari. Biarlah aku kesusahan di tempat yang jauh ini. Memang kelihatannya egois, tapi semakin dekat dengan ibu (zona nyamanku) maka akan semakin manja dan tak tahu dirilah aku. Lihat saja waktu SMA, jangankan berlelah-lelah untuk hal yang bukan kepentingan kita, mengerjakan PR saja masih suka ngeluh. Inti manja Masya Allah. 

Di hidup yang hanya sekali ini, aku ingin membanggakan orangtua lewat derita-derita kecilku yang tak didengar. Aku terlanjur dibuai nasihat Imam Syafii bahwa orang pintar tak duduk diam di kampung halaman. Yang pada akhirnya menggenang dan menjadi sumber penyakit bagi sekelilingnya. Aku ingin menjadi air (bukan dalam filosifi mengalir ke tempat rendah), aku ingin menjadi air yang menerobos celah-celah kecil untuk bertemu muara, atau air yang melubangi batu tetes demi tetes. Memang, di sini aku mendapat ganti teman dan saudara tapi tidak Orangtua. Makanya, orangtualah yang selalu mengikatku untuk kembali (suatu saat nanti). Apalagi bapa sudah jauh berada di kampung tanpa bisa bergeser lagi. Seperti kata Budiman Soedjatmiko, “Jika kau terus berusaha untuk sesuatu yang kauyakini, suatu saat alam akan mendukungmu di waktu yang tepat.” Tuh kan bahkan alam yang tidak punya otonomipun akan mendukung kita bila Allah sudah berkehendak. Apalagi keadaan.

So jangan remehkan nilai niatmu yang sekecil biji dzarah dibanding semesta. Karena waktu mengubah semua. Perlahan, saat niat itu membesar menjadi tekad: ingat orangtuamu, ingatlah manusia2 yang tak seberuntung kita. Gunakan kesempatan ini untuk melunasi rasa penasaran pada dunia tanpa melalaikan akhirat yang menunggu. "carpe diem, quam minimum credula postero" Kita manusia yang hidup hari ini, jangan campuri masa depan dengan prasangka dan ketakutan sekarang. Siapa juga yang bisa menjamin kesempatan datang dua kali, jangan percaya pada hari esok. Jangankan esok yang harus melewati 24 jam, satu menit kita saja masih menjadi rahasiaNya. Lagipula selama niat masih berada dalam koridor yang baik, siapa sih yang tidak ridho. Hanya jangan terlalu sombong dan rajin mengupgrade niat. Ayo perjuangkan mimpi kita hari demi hari. . . Bismillah, ganbatte!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar