UA-51566014-1 Catatan Harian: Romantika Semantik

Minggu, 15 Juni 2014

Romantika Semantik


            Ilustrasi di samping memang benar adanya. Linguistik adalah aspek bahasa yang selalu berurusan dengan struktur. Mulai dari level sintaksis, morfologi bahkan fonologi. Mempelajari linguistik, siapapun harus menyiapkan logika. (Jadi kalau anda gila, mohon untuk tidak menyentuh linguistic hehe). Ibaratnya, linguistik adalah matematikanya anak bahasa. Hanya saja, logika di sini lebih merujuk pada tataran pragmatis dibanding filosofis. Karena dalam semesta bahasa, ada bangunan tersendiri bernama filsafat bahasa yang membahas asal-usul bahasa, berdasar pada alam pikiran dan cara berpikir filosofis.

            Then, what the hell with semantics?

            Secara garis besar, linguistic dibagi menjadi 4 cabang pokok. Yaitu Fonologi (mempelajari bunyi bahasa), morfologi (Pembentukan leksem menjadi kata), sintaksis (mencakup tata kalimat dan bagiannya), dan yang terakhir semantic (tentang seluk beluk dan pergeseran arti kata). Tapi jangan salah, fonologi, morfologi, sintaksis dan semantic hanyalah cabang yang masih melahirkan ranting. Masih ada labirin macam sosiolinguistik, dialektika, pragmatic, linguistic historis komparatif dkk. Keempat cabang ini seperti lubang jebakan yang harus dipelajari dengan intensif dan hati kondusif. Apalagi sebagai mata kuliah bersyarat, ada saja mahasiswa yang terpaksa mengalami Ad Infinitum dengan masing-masing tahapan tadi. Sudah menjebak, bobot sksnya besar pula. Dari keempat aspek, hanya fonologi saja yang berbobot 2 sks, sisanya memakan 16 % jumlah maksimal KRS.

Well, linguistic memang menarik. Tapi soal konsentrasi, hanya ingin memillih apa yang sudah kucintai sejak semula. Sastra.

            Saya pribadi sih merasa sintaksis adalah yang tersulit dari ke empat cabang di atas. Soalnya, sintaksis selain banyak mengandung terminologi asing, juga secara materi terbilang banyak. Tapi sejujurnya pula, sintaksis paling nyenengin kalau dipelajari dengan pikiran jernih. Contoh, analisislah kalimat berikut berdasarkan kaidah peran, kategori dan fungsi. Serta sebutkan berapa frasa yang terdapat didalamnya:
Mahasiswa baru mengikuti program PMB yang diadakan fakultas.

Kata
Fungsi
Kategori
Peran
Mahasiswa
Subjek


Baru

Adjektiva

Mengikuti
Predikat
Verba

Program PMB
Pelengkap


Diadakan



Fakultas


Pemerlengkap

Isi sendiri.
Jumlah frasa: Mahasiswa baru            -Baru mengikuti
                        Program PMB

Nah begitulah sintaksis. Menganalisisnya tidak sulit (identifikasinya yang agak perlu perhatian). Dalam mengerjakan soal sintaksis, seseorang harus hapal definisi masing-masing aspek mulai dari pengertian frasa sampai kategorinya. Susahnya, sintaksis penuh dengan renik istilah yang saling berkaitan. Jadi kalau tidak ingat satu, terpaksa kerepotan mengerjakan lainnya. Tapi selama masih berpegang teguh pada definisi, sintaksis bukan masalah besar.

Bagaimana dengan semantik?

Okelah, kalimat di atas benar secara struktur. Tapi semantik membuatnya seperti kasus sendiri yang harus ditinjau ulang. Sadarkah anda bahwa kalimat di atas mengandung 2 informasi? Dan itu artinya ambigu. Ditambah lagi jika dilafalkan dengan suprasegmental tertentu, maknanya pasti akan berbeda pula. Padahal semantik tidak terima dijadikan alat untuk sesuatu yang ambigu.  Jadi dia akan mencacah kalimat itu sampai benar menurut definisinya.

Hal yang membuat sulit dari semantik adalah persahabatannya dengan semiotika (ilmu tentang tanda). Dalam hal ini, semiotika lebih sebagai partner yang memperkuat pemaknaan kalimat. Karena belajar semantik sama dengan memaknai makna, maka sedikitnya perlu paham konvensi umum yang ditarik dari segi antropologi dan budaya. Ya, semantik perlu dibantu disiplin ilmu lain sebab dirinya sendiri kurang disiplin untuk memaknai makna. Bahkan ilmu membaca ekspresi pun barangkali berguna bagi semantik. Hehe. (berguna untuk membaca ekspresi penutur). Tapi, justru karena banyak membutuhkan ilmu bantu, semantik sangat memperkaya pengetahuan kita. Mungkin awalnya tok yang terkesan seperti dihadang oleh adagium “Welcome To The Jungle.”

Asal niat saja, semua hal menyenangkan dalam proses belajar, tak terkecuali semantik.
Jadi ilustrasi di atas sebenarnya belum selesai. Kalimat utuhnya adalah begini:


That’s semantics. You must never go there. If you don’t have any preparation to fall in love with it.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar