UA-51566014-1 Catatan Harian: Narasi Tengah Malam

Senin, 03 Juni 2013

Narasi Tengah Malam

Penat. . .

Ternyata lelah belajar menjadi orang lain. Berusaha tersenyum lalu tertawa seperti manusia sakit jiwa. Ada begitu banyak sisi yang pada akhirnya ditinggal, terbengkalai saat kita mencoba berdamai dengan kemuakan pribadi. Kau akan tau rasanya ketika memasuki dunia yang tak terbayangkan proyektor otakmu.

Tak sederhana. . .

Segalanya berbanding terbalik dengan pandanganmu dulu. Memposisikan diri sebagai orang lain memang sebuah persoalan. Tertatih dalam beban yang berduyun-duyun datang. Sementara kita tak tau pasti derajat kekuatan untuk mengatasi. Semua begitu nisbi dalam kedangkalan seorang pemula. Adakah istilah bagi kebosanan yang menderu lebih seru dari kerelatifan waktu. Dalam keletihan yang jadi bagian terminology sukses, kau ingin berhenti mempertanyakan jati diri. Bertanya kenapa. . . ?

Sampai kapan. . . 
          
Mungkin kita sedang kulminasi. Menekuri kebodohan sendiri dalam piringan sunyi. Membaca antologi kesal yang dimiliki tiap individu. Bolak-balikan halaman demi mencari pembenaran, berharap menemukan kelayakan sebuah keluhan. Namun sia-sia, percuma membenarkan yang sudah terlalu salah. Toh semua punya masalah. Hanya kita yang terlalu membesar-besarkan kekosongan. Pernahkah kau berpikir untuk mati saja?

Pernah. . .

Saat gaung tak lagi menempati ruang yang kita huni. Kesedihan jadi abstrak di mata orang, bahkan menuju ke arah klise. Tapi kau tidak merasa demikian. Hatimu sudah berkeping-keping dalam keutuhan. Mengeja hampa tanpa memahami bilangan waktu. Semakin tertinggal dalam detik-detik introspeksi.

Jika segala sesuatu harus disertai alasan. Maka rasa malas takkan pernah berterima. Terlalu picik bagi individu yang ingin maju. Jalani sajalahJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar