UA-51566014-1 Catatan Harian: Membaca Logika Anak-anak

Rabu, 02 Oktober 2019

Membaca Logika Anak-anak


(Review Buku Di Tanah Lada)



            Tahu apa hadiah yang sangat berguna bagi bocah cilik cerdas?

            Kamus. Setidaknya, tokoh Ava dalam novel Di Tanah Lada menggunakan itu sebagai Google pribadi. Almarhum kakeknya, kakek Kia, memberikan kamus untuk tempat Ava bertanya kata-kata yang tak dipahami. Rupanya itu merupakan bekal berharga, sehingga Ava tumbuh menjadi bocah yang lebih pintar dari anak usia 6 tahun umumnya. Terutama dalam bahasa Indonesia dan cara berbicara sesuai EYD.

            Novel ini menyabet juara dua dalam sayembara novel DKJ tahun 2014. Tak mengherankan, sebab, Ziggy begitu unik dalam menghidupkan karakter-karakter di novelnya. Mungkin memang itu syarat utama memenangi lomba novel DKJ, unik.

            Selain unik, keistimewaan novel ini adalah cara bercerita penulis. Polos, logis, kekanak-kanakan tapi pintar. Tanah Lada Penuh dengan penderitaan, namun karena diceritakan melalui sudut pandang anak yang jernih, rasanya tidak terlalu sengsara. Malah kejahatan yang terasa gamblang itu bisa menjadi lucu. Misalnya saja kalimat ini:

            ‘Kasihan sepeda sendirian di rumah. Tapi lebih kasihan aku. Aku sering ditinggal sendirian dengan Papa. Aku ingin jadi sepeda.’

            ‘Papa membuang semua mainanku kecuali boneka penguin. Katanya itu pemberian tante, kalau dibuang kepala papa akan dibelah jadi dua. Aku menyesal karena papa tidak membuang boneka penguin.’

            Polos, tajam, penuh perasaan. Membaca novel ini terasa bagai berinteraksi dengan anak kecil. Bahwa logika mereka yang masih meraba-raba, ternyata bisa pahit dirasa. Intinya, Ziggy Z demikian piawai memilih diksi yang mencerminkan anak-anak.

            Secara garis besar Di Tanah Lada mengandung unsur bawang alias mellow. Bahkan hingga ending pun, tidak ada kebahagian nyata yang dirasakan dua tokoh utama, selain interpretasi mereka. Padahal, novel ini menggambarkan bahwa kebahagian anak-anak begitu sederhana. Tak perlu banyak uang dan benda-benda profan. Asal ada seseorang bersikap baik dan manis pada mereka, maka bahagia terasa mudah.

            Banyaknya isu sosial dan humanisme di novel ini, menjadikan Di Tanah Lada cocok untuk kalian yang haus hiburan dan kontemplasi.
Rating: 5/5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar