UA-51566014-1 Catatan Harian: Keyakinan, Keadilan dan Kemanusian

Kamis, 10 Oktober 2019

Keyakinan, Keadilan dan Kemanusian





Jika melihat sejarah, keadilan selalu datang dari orang yang menggugat, mereka yang berpikir lalu memberontak terhadap hegemoni. Tapi bolehkah kita, manusia, menggugat keyakinan?

            Berkeyakinan maupun tak berkeyakinan, merupakan hak asasi. Bahkan jika seseorang masih bertahan di dalam kekolotan, tak lantas menjadikan manusia lainnya berhak menjajah/memaksa untuk membenarkan satu pihak. Keyakinan, merupakan sesuatu yang begitu privat, melekat pada diri seseorang yang tak bisa diganggu gugat. Mengapa manusia terobsesi menjadikan sesamanya berada di bawah payung yang sama? Entah itu keyakinan beragama, berpolitik maupun berpendapat.

            Jika keyakinan merupakan hak asasi, maka ketidakmengertian kitalah yang menjadi akar dari pertentangan. Masyarakat, adalah ketidakmengertian kolektif yang kemudian menyulitkan. Memangnya omongan masyarakat masih pengaruh? Tentu saja! Para petinggi birokrasi yang galak-galak itu, memangnya bukan bagian masyarakat yang suka mencemooh? Dan untuk mendapatkan keadilan tersebut, hak individu yang mendasar itu, seseorang seperti harus mendebat suatu sistem.

            Tak ada yang salah dari anut-menganuti ideologi. Yang menjadikannya suatu noktah, adalah jika ideologi/keyakinan itu bertujuan menguasai manusia lain. Menginvasi sesuatu yang merupakan hak dasar, demi membenarkan ego suatu kelompok. Bermain perang dominasi, lalu melupakan kemanusiaan.

            Apakah masih penting kuantitas, bila kualitas manusia di dalamnya terabaikan? Apakah berkeyakinan secara membabi buta, bisa menuai keadilan secara merata, dan membahagiakan kita sebagai manusia?

            Tanyakan pada hati terdalam. Kalau jawabannya ya, coba koreksi seberapa banyak ego di sana.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar