Tak Kenal Karma
Aku lempar
senyuman pada mentari
Tapi teriknya
seolah menertawai
Kubiaskan asa
pada dermaga waktu
Namun punggawanya
menikam harapku
Adakah kau
menilai tiap jengkal
Dengan lembar
berisi nominal?
Lalu melipat
hak sebagai alasan bermanja diri
Memburu pundi
dunia bertopengkan kamuflase
Dan mulut penuh
propaganda itu . . .
Tak lebih
dari jagal yang mencabik hembusan nafas
Kau memaknai
sakitku dengan senyuman
Kemenangan
kotor di ladang penuh tinjauan
Atas dasar
keuntungan bukan?
Berperang tanpa
aturan main
Menghalau dusta
ke surganya sengsara
Menghargai
tiap detik yang kacau balau
Ketika sabar
tidak lagi obat
Mungkin iya,
Kau memang
tak kenal karma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar