Sudah lama tidak bersapa. Ya, sepertinya kita terlalu bahagia
menjadi dewasa. Disibukkan targetan, terbawa arus menuju titik yang selalu
dirindu tapi tak pernah selesai digapai. Selalu ada lagi dan lagi keinginan,
berusaha menjadi orang tapi melupakan sisi manusiawi kita yang cenderung haus
kebebasan.
Mungkin kamu, aku dan kita sama-sama lupa, atau sengaja
mengikhlaskannya begitu saja. Sosok kecil yang tak takut apapun, tak mengharap
apapun dan tak berusaha meraih apapun, karena apapun bagi mereka adalah tidak
ada. Apapun, hanyalah menjalani hari-hari tanpa pretensi. Tanpa pengkultusan
terhadap asa, terhadap belenggu mimpi yang menjeratmu penuh seluruh. Tidakkah
kamu rindu sosok itu?
Kita sebagai mereka: tak pernah takut mengalir, tak takut bila
harus ikut arus dan tak peduli menuju titik yang lebih rendah atau tercacah
berkeping-keping. Lantas bersama ribuan tetes lainnya menuju samudra. Sebagai
mereka, yang kita lakukan hanya percaya bahwa muara laksana labirin takdir. Tak
ada baik dan buruk, karena kita berpegang pada sesuatu yang begitu teguh…
begitu teduh.
Tapi,
Kita sudah lupa, kelewat meninggalkan masa-masa itu dan dalam
proses menuju orang. Begitu kan?
Maka mungkin yang perlu kita perbuat hanya menemukan.
Menemukan potongan diri kita dalam bidang-bidang, dalam ruang
bahkan mungkin seseorang. Diri kita dalam mereka yang memungkinkan adanya
sebuah refleksi. Jangan bodoh, kau butuh cermin setiap saat untuk bisa terlihat
layak!
Untuk itu, aku ingin kembali pada dunia yang sudah lama kucintai. Dunia
yang membuatku eksis meski ia sendiri maya. Dunia yang membuat hidupku terasa
hidup, tanpa kecemasan dalam mengungkapkan apapun dan tentu saja, hanya bisa
dibaca juga dimengerti. Aku mau kembali dan jatuh cinta setiap hari.
Sampai suatu saat orang-orang memahami ini bukan sekadar aksara. Tapi
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar