“Sesungguhnya
setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan
balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia
inginkan.”
Di atas adalah hadis Arbain
pertama dan (sampai saat ini) satu-satunya yang aku hapal. Kadang-kadang otakku
bebal sekali sampai pelajaran madrasah yang sudah kuhadapi sejak kelas 3 SD,
meruap begitu saja seperti asap ditiup angin. Sehingga setua ini harus
menghapalkannya dari awal.
Tapi poinnya bukan itu. . .ingat,
bukan soal otakku yang bebal. Yap, poinnya adalah tentang niat. Sekali lagi
NIAT.
Coba ingat-ingat kembali, seiring
berjalannya waktu niat kita menjumpai tantang yang meluluhlantakkannya. Atau bahkan
membelokkan dengan senang hati. Apa yang terjadi jika pada akhirnya niat kita berlabuh pada dermaga yang salah? Apakah kita masih akan mendapat pahala
berdasarkan niat awal? Entahlah, tentang dosa dan pahala semua bergantung
padaNya. Itu semua hak prerogatifNya yang tak bisa kita intip.
Sedikit cerita, sebagai anak SMA
niat awalku melangkahkan kaki ke Semarang adalah kuliah. Piciknya, ingin menjadi
katak yang berkutat dalam tempurung sastra. Makanannya sastra, atmosfernya
sastra, bahkan feses pun sastra (astaghfirullah :D). Namun tiba-tiba negara api
menyerang, peristiwa demi peristiwa terjadi dan mengubah cara pandang. Haruskah
aku saklek pada niat awal dan membiarkan semua terbengkalai? Sementara aku
mahasiswa biasa yang tak bisa menahan diri untuk tak haus informasi. Diserang panah
bertubi-tubi dan masih hidup laksana Bhisma yang memilih kematiannya sendiri. Ya,
perlahan niatku berubah haluan, menjadi semacam utopia yang anehnya membuatku
tak ingin mundur hanya karena dia utopia. Aku tipe orang yang percaya, bahwa
fatamorgana sekalipun akan berubah menjadi oase ketika kita masih terus
mencari. Biarlah aku kesusahan di tempat yang jauh ini. Memang kelihatannya egois,
tapi semakin dekat dengan ibu (zona nyamanku) maka akan semakin manja dan tak
tahu dirilah aku. Lihat saja waktu SMA, jangankan berlelah-lelah untuk hal yang
bukan kepentingan kita, mengerjakan PR saja masih suka ngeluh. Inti manja Masya
Allah.
Di hidup yang hanya sekali ini,
aku ingin membanggakan orangtua lewat derita-derita kecilku yang tak didengar. Aku
terlanjur dibuai nasihat Imam Syafii bahwa orang pintar tak duduk diam di
kampung halaman. Yang pada akhirnya menggenang dan menjadi sumber penyakit bagi
sekelilingnya. Aku ingin menjadi air (bukan dalam filosifi mengalir ke tempat
rendah), aku ingin menjadi air yang menerobos celah-celah kecil untuk bertemu
muara, atau air yang melubangi batu tetes demi tetes. Memang, di sini aku
mendapat ganti teman dan saudara tapi tidak Orangtua. Makanya, orangtualah yang
selalu mengikatku untuk kembali (suatu saat nanti). Apalagi bapa sudah jauh
berada di kampung tanpa bisa bergeser lagi. Seperti kata Budiman Soedjatmiko, “Jika
kau terus berusaha untuk sesuatu yang kauyakini, suatu saat alam akan
mendukungmu di waktu yang tepat.” Tuh kan
bahkan alam yang tidak punya otonomipun akan mendukung kita bila Allah sudah
berkehendak. Apalagi keadaan.
So jangan remehkan nilai niatmu
yang sekecil biji dzarah dibanding semesta. Karena waktu mengubah semua. Perlahan,
saat niat itu membesar menjadi tekad: ingat orangtuamu, ingatlah manusia2 yang
tak seberuntung kita. Gunakan kesempatan ini untuk melunasi rasa penasaran pada
dunia tanpa melalaikan akhirat yang menunggu. "carpe diem, quam minimum
credula postero" Kita manusia yang hidup hari ini, jangan campuri masa
depan dengan prasangka dan ketakutan sekarang. Siapa juga yang bisa menjamin
kesempatan datang dua kali, jangan percaya pada hari esok. Jangankan esok yang
harus melewati 24 jam, satu menit kita saja masih menjadi rahasiaNya. Lagipula
selama niat masih berada dalam koridor yang baik, siapa sih yang tidak ridho. Hanya jangan
terlalu sombong dan rajin mengupgrade niat. Ayo perjuangkan mimpi kita hari
demi hari. . . Bismillah, ganbatte!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar