Presiden ke dua Indonesia, ingat kan? Jendral ‘besar’ kita. Saya ingin
membicarakan dari sudut pandang pribadi sebagai orang yang bukan apa-apa.
Motivasi saya sederhana, yakni karena ayah dan ibu memujanya bagai dewa, bahkan
ketika reformasi membeberkan dosa beliau. Tentu waktu itu saya masih kecil,
anak 5 tahun tahu apa tentang politik. Saat itu yang terasa kuat hanyalah harga
jajan melangit seperti roket NASA. Dan ayah ibu masih tanpa pertimbangan
mengagumi Soeharto.
Mendekati SMA, paradigmaku berubah. Revolusi berdarah tahun 65 itu
tak hanya angin lewat bagi sejarah Indonesia. Ada konspirasi, konsolidasi dan
penyudutan yang hingga kini buram di mata media. Seperti kita tahu, media
adalah refleksi pemahaman beberapa orang yang terkadang justru membutakan
masyarakat luas. Saya memposisikan diri sebagai orang yang mempertanyakan,
bukan membicarakan sesuatu karena memang paham betul. Tidakkah anda merasa,
betapa janggalnya kudeta yang sekarang dikenal sebagai hari kesaktian
pancasila. Sejak SD sampai SMA yang ditanamkan adalah nilai bahwa pancasila
yang saking luhurnya tetap menang ketika diguncang pemberontakan. Lalu politik
hidup di bagian mana sehingga menyisakan kontroversi tiada dua. Tidakkah guncangan
atas pancasila hanya kedok dari pencuri gelap di dalamnya? Yang mencuri
kekayaan ideologi serta memusnahkan dengan tajuk kebesaran pancasila.
Kalau memang PKI sejahanam perkataan media, kenapa tidak menyisakan
segilintir orang sebagai saksi kunci untuk menjelaskan kepada dunia motif mereka?
Kenapa militer seolah bernafsu dan sangat radikal membasmi PKI sampai ke
pengikut-ngikutnya? Sampai pemerintah Orba merasa perlu mencantumkan golongan
KTP berdasarkan bersih atau tidaknya darah kita atas PKI. Rapi sekali kegiatan
pembasmian itu. Masyarakat digiring pada pemfokusan gerakan ekonomi, sementara
roll sejarah digulung di belakang layar. Menyisakan tanda tanya besar yang sepertinya
hanya terjawab Tuhan.
Dengan gagahnya mata seluruh Indonesia dibuat buta oleh suatu pihak
yang entah siapa. Saat the real president terlalu sibuk dengan selir-selirnya,
rencana kudeta yang ternyata telah disampaikan oleh Letkol Untung tetap
dilaksanakan secara dramatis. Hanya saja pelakunya belum jelas siapa. Membuat
seseorang merasa berhak bertindak yang sialnya lagi dikuatkan SUPERSEMAR. Setelah
pembantaian para jendral usai, proses pembutaan kolektif dimulai. Buktinya, tidak ada satu makhluk pun bertanya
tentang pembunuhan massal di Bali yang mencapai 500 ribu-sejuta jiwa. Ada begitu
banyak rahasia yang sayangnya teroganisir begitu rapi. Penembak misterius,
penggusuran dan perebutan tanah oleh oknum berwenang yang kenyataannya sama
sekali tak berwenang menghilangkan nyawa orang. Angka itu, yang bahkan
ditemukan oleh mahasiswa S3 bernama Ben Anderson dari Universitas Cornell,
sangat tidak manusiawi. Penangkapan para aktivis, pembredelan Koran kecuali
hasil binaan ABRI, dan apapun berbau gugatan semua hilang dari peredaran. Hasilnya
adalah KKN menjadi budaya kesekian Indonesia yang hingga kini sulit di tumpas. Otoritarian
yang membungkam itu benar-benar membuat manusia normal sesak nafas. Kecuali yang
dimanjakan keaadaan.
Kekerasan yang tersistem demikian baik itu melanggeng sampai 32
tahun lamanya. Menjelma semacam tumor yang kelihatan jinak namun mendesak.
Indonesia jadi macan Asia yang mengaum lapar. Menyembunyikan pelanggaran HAM
yang terus diaborsi sebelum berbuntut panjang. Sungguh masa kelam yang tidak
sopan diungkit kembali karena pelakunya sudah kembali dari tiada ke tiada.
Namun, alangkah baiknya kita tidak melihat dari satu sudut pandang
saja bukan? Baiklah.
Pernah membaca Soeharto The Untold Story? Yang berkat ketebalannya
para calon pembaca jadi underestimate terhadap diri sendiri. Di situ bapak
pembangunan Indonesia dikisahkan berdasarkan fakta dari orang terdekat. Beliau yang
konon katanya keturunan bangsawan namun dipinggirkan atas ketidakjelasan,
memiliki wibawa yang tiada tara. Kewibawaan disertai keistimewaan moral itu
sungguh mengantarkan Indonesia pada gerbang kemakmuran (sementara). Sebagai tentara
yang terbiasa dengan rencana sistematis, Soeharto mengembalikan rasa percaya diri
anak bangsa untuk bangga menjadi bangsanya. Kunjungan incognito selalu
mengevaluaai tanpa basa-basi daerah terpencil sekalipun.
Melalui buku itu, saya jadi menerka, bahwa secara personal Soeharto
berkepribadian kuat dan menarik. Ada saja sisi baik yang membuat orang tak lupa
sosoknya. Dan siapa pun sepakat, bahwa Soeharto adalah presiden terbaik
sepanjang masa (setidaknya sampai sekarang). Tidak ada yang sanggup membuat
Indonesia dianggap sebagai ‘kakak tua’ bagi Negara-negara ASEAN. Menerjemahkan
begitu banyak masalah kependudukan untuk direfleksikan bersama solusi. mungkin
pada awalnya, Soeharto hanya orang yang ingin merubah sistem yang tidak
tersistem di negeri ini. Hasilnya pun tidak mengecewakan (dari sisi ekonomi),
di masanya orang bangga menjadi Indonesia. Repelita2nya yang hingga VII kali
sukses besar. Kecuali Repelita terakhir yang belum sempat tuntas.
Terlepas dari segala kontroversinya, Saya pernah kagum terhadap
beliau. Kagumnya siswa pada guru dan kagumnya pengikut pada yang diikuti. Begitu
murni dan tanpa alasan. Sekarang juga masih, meski telah berkurang menjadi
separuh lebih. Di mata saya, beliau adalah sosok yang hanya Tuhan dan dirinya
sendiri saja tahu siapa. Sisanya, tanda tanya [?]
tulisan ini terinspirasi dari buku suharto untold story yg tergeletak dikamar saya... hahaha
BalasHapushaha.. that's right
BalasHapusSemoga amal baik yang Beliau perbuat mendapat imbalan dari ALLOH swt
BalasHapusamien...