Semarang,
9 April 2013
Untuk Kau yang Tak Perlu Kusebut Namanya
Semua yang kita alami, masing-masing begitu rumit dan melelahkan.
Seolah tak ada lagi jeda untuk saling menyapa, mengenang kembali, sekalipun itu
bukan sesuatu yang layak bagi sebuah memori. Kita larut dalam targetan diri
yang entah. Bergulat dengan bayang kosong yang bermuara pada hedonisme semata.
Kau menjadi sangat kiri sekarang, sedangkan aku tetap dalam
kekangan kanan. Persamaan kita hanyalah tentang ketidaktahuan meski keduanya
tak berkaitan. Tapi aku merasa kau adalah benang merah bagi tempat absurd dari
yang paling absurd. Tak peduli apa dan bagaimana.
Aku tidak sedang membicarakan kita dalam sudut pandang suatu masa.
Biarlah semua berjalan seperti seharusnya tanpa campur tangan persona. Tak ada
yang perlu terganggu oleh kegelisahan pada waktu. Luruslah, aku selalu di garis
jejakmu. Bila kau mau, tak usah ada kata untuk bertanya.
Lekaslah lekas, kenapa kau tak juga bersua dengan karsa. Sesuatu
yang telah dikuasai kehendak harusnya tak boleh “stuck”. Semua akan menjadi
mudah pada saatNya. Kau hanya butuh bergerak cepat tanpa menikung keselarasan.
Cepat keluar dari zona nyaman! Tempat itu terlalu sederhana untuk manusia luar
biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar