Dahulu kala, ketika alam semesta
berbicara dalam satu bahasa, hidup peri kecil bernama Venus. Peri itu bermimpi
selamanya bisa menulis dongeng, peris seperti tokoh dalam cerita yang pernah ia
baca. Menurut Venus, dongeng adalah dunia serba mungkin. Membuatnya tidak takut
menjadi siapapun, apapun. Dongeng memberi Venus kekuatan untuk terbang tanpa
sayap, melukis cakrawalanya sendiri dan berlari menggapai keinginan paling
mustahil sekalipun.
Sebagai
peri kecil, Venus memiliki kebiasaan yang jauh berbeda dari teman-temannya.
Venus suka menjelajah dan terbang ke mana arah, termasuk ke negeri manusia di
mana terdapat satu ruang penuh buku. Ruang yang di kepalanya terpetakan sebagai
surga.
Suatu ketika, Venus sedang menjelajahi ruang
itu, tiba-tiba matanya tertumbuk pada satu buku misterius. Tepat di halaman
311, ia menemukan sebuah mantra yang berbunyi:
Majulah
terus hai juru-juru dongeng!
Tangkaplah setiap
sasaran tujuan hati. Dan jangan takut!
Segala sesuatunya
ada, segala sesuatunya benar
Dan bumi hanyalah
sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Venus begitu terpesona pada mantra
itu. Seolah ada kekuatan magis yang meruap dari tiap aksara. Kemudian ia
berjanji akan mengingatnya ketika lelah dan ingin berhenti melangkah.
Note: satu-satunya fakta dari
tulisan di atas adalah quote W.B. Yeats
dalam novel Perahu Kertas. Saya suka sekali sama dua kalimat terakhir: Segala
sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan bumi hanyalah sebutir debu di
bawah telapak kaki kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar