Ilustrasi di samping memang benar adanya. Linguistik adalah aspek bahasa yang selalu berurusan
dengan struktur. Mulai dari level sintaksis, morfologi bahkan fonologi.
Mempelajari linguistik, siapapun harus menyiapkan logika. (Jadi kalau anda
gila, mohon untuk tidak menyentuh linguistic hehe). Ibaratnya, linguistik
adalah matematikanya anak bahasa. Hanya saja, logika di sini lebih merujuk pada
tataran pragmatis dibanding filosofis. Karena dalam semesta bahasa, ada
bangunan tersendiri bernama filsafat bahasa yang membahas asal-usul bahasa,
berdasar pada alam pikiran dan cara berpikir filosofis.
Then, what the
hell with semantics?
Secara garis
besar, linguistic dibagi menjadi 4 cabang pokok. Yaitu Fonologi (mempelajari
bunyi bahasa), morfologi (Pembentukan leksem menjadi kata), sintaksis (mencakup
tata kalimat dan bagiannya), dan yang terakhir semantic (tentang seluk beluk
dan pergeseran arti kata). Tapi jangan salah, fonologi, morfologi, sintaksis
dan semantic hanyalah cabang yang masih melahirkan ranting. Masih ada labirin
macam sosiolinguistik, dialektika, pragmatic, linguistic historis komparatif
dkk. Keempat cabang ini seperti lubang jebakan yang harus dipelajari dengan
intensif dan hati kondusif. Apalagi sebagai mata kuliah bersyarat, ada saja
mahasiswa yang terpaksa mengalami Ad Infinitum dengan masing-masing tahapan
tadi. Sudah menjebak, bobot sksnya besar pula. Dari keempat aspek, hanya
fonologi saja yang berbobot 2 sks, sisanya memakan 16 % jumlah maksimal KRS.
Well, linguistic memang menarik. Tapi soal konsentrasi, hanya ingin
memillih apa yang sudah kucintai sejak semula. Sastra.
Saya pribadi sih
merasa sintaksis adalah yang tersulit dari ke empat cabang di atas. Soalnya,
sintaksis selain banyak mengandung terminologi asing, juga secara materi
terbilang banyak. Tapi sejujurnya pula, sintaksis paling nyenengin kalau dipelajari
dengan pikiran jernih. Contoh, analisislah kalimat berikut berdasarkan kaidah
peran, kategori dan fungsi. Serta sebutkan berapa frasa yang terdapat didalamnya:
Mahasiswa baru mengikuti program PMB yang diadakan fakultas.
Kata
|
Fungsi
|
Kategori
|
Peran
|
Mahasiswa
|
Subjek
|
|
|
Baru
|
|
Adjektiva
|
|
Mengikuti
|
Predikat
|
Verba
|
|
Program
PMB
|
Pelengkap
|
|
|
Diadakan
|
|
|
|
Fakultas
|
|
|
Pemerlengkap
|
Isi sendiri.
Jumlah frasa: Mahasiswa baru -Baru
mengikuti
Program
PMB
Nah begitulah sintaksis. Menganalisisnya tidak sulit
(identifikasinya yang agak perlu perhatian). Dalam mengerjakan soal sintaksis,
seseorang harus hapal definisi masing-masing aspek mulai dari pengertian frasa
sampai kategorinya. Susahnya, sintaksis penuh dengan renik istilah yang saling
berkaitan. Jadi kalau tidak ingat satu, terpaksa kerepotan mengerjakan lainnya.
Tapi selama masih berpegang teguh pada definisi, sintaksis bukan masalah besar.
Bagaimana dengan semantik?
Okelah, kalimat di atas benar secara struktur. Tapi semantik
membuatnya seperti kasus sendiri yang harus ditinjau ulang. Sadarkah anda bahwa
kalimat di atas mengandung 2 informasi? Dan itu artinya ambigu. Ditambah lagi
jika dilafalkan dengan suprasegmental tertentu, maknanya pasti akan berbeda
pula. Padahal semantik tidak terima dijadikan alat untuk sesuatu yang
ambigu. Jadi dia akan mencacah kalimat
itu sampai benar menurut definisinya.
Hal yang membuat sulit dari semantik adalah persahabatannya dengan
semiotika (ilmu tentang tanda). Dalam hal ini, semiotika lebih sebagai partner
yang memperkuat pemaknaan kalimat. Karena belajar semantik sama dengan memaknai
makna, maka sedikitnya perlu paham konvensi umum yang ditarik dari segi
antropologi dan budaya. Ya, semantik perlu dibantu disiplin ilmu lain sebab
dirinya sendiri kurang disiplin untuk memaknai makna. Bahkan ilmu membaca
ekspresi pun barangkali berguna bagi semantik. Hehe. (berguna untuk membaca
ekspresi penutur). Tapi, justru karena banyak membutuhkan ilmu bantu, semantik
sangat memperkaya pengetahuan kita. Mungkin awalnya tok yang terkesan
seperti dihadang oleh adagium “Welcome To The Jungle.”
Asal niat saja, semua hal menyenangkan dalam proses belajar, tak
terkecuali semantik.
Jadi ilustrasi di atas sebenarnya belum selesai. Kalimat utuhnya
adalah begini:
That’s semantics. You must never go there. If you don’t have any
preparation to fall in love with it.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar