UA-51566014-1 Catatan Harian: Oktober 2014

Minggu, 26 Oktober 2014

Sayonara, Rektor Terpilih

            Konbanwa, netizen sekalian... apa kabar?

            Sungguh ini hari yang luar biasa.. sebenarnya saya ingin cerita tentang pengalaman nonton konsernya mantan pacar (Red: Afgan). Tapi sebagai WNI yang peduli terhadap negaranya, ada berita yang jauh…jauhhhh (entah berapa ratus tahun cahaya), lebih penting ketimbang sekadar nostalgia.

            Jadi begini, setelah tepat seminggu Indonesia melantik Jokowi-JK sebagai presiden dan wapres, tibalah saat diumumkannya susunan kabinet lengkap beserta jajaran menteri. Berikut nama-nama terlampir:

1. Menteri Sekretaris Negara : Praktino
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago

3. Menko Bidang Kemaritiman : Indroyono Soesilo
4. Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan
5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti 
6. Menteri Pariwisata : Arief Yahya
7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said

8. Menko Bidang Polhukam : Tedjo Edy Purdijatno 
9. Menteri Dalam Negeri : Tjahjo Kumolo
10. Menteri Luar Negeri : Retno Lestari Priansari Marsudi
11. Menteri Pertahanan : Ryamizard Ryacudu
12. Menteri Hukum dan HAM : Yasonna H Laoly
13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara
14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi

15. Menko Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil
16. Menteri Keuangan : Bambang Brodjonegoro
17. Menteri BUMN : Rini M Soemarno
18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga 
19. Menteri Perindustrian : M Saleh Husin 
20. Menteri Perdagangan : Rachmat Gobel 
21. Menteri Pertanian : Amran Sulaiman
22. Menteri Ketenagakerjaan : Hanif Dhakiri 
23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono 
24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya 
25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan 

26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani 
27. Menteri Agama : Lukman Hakim Saifuddin
28. Menteri Kesehatan : Nila F Moeloek
29. Menteri Sosial : Khofifah Indar Parawansa
30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yambise
31. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan
32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi : M Nasir
33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi
34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Ja'far 

Sebenarnya kadar awareness saya tidak tinggi-tinggi amat. Namun sejak ba’da maghrib tadi partner nostalgia saya berkasak-kusuk bahwa salah satu menteri yang diumumkan Jokowi dalam kabinet ‘kerja’ adalah civitas academica Undip. Yap, beliau yang namanya tertera di nomor 32, merupakan dekan fakultas ekonomika dan bisnis (FEB). Prof Nasir, demikian sapaan akrabnya, merupakan kandidat yang akhirnya meraih gelar rektor terpilih pada 29 September lalu. Beliau yang mendapat 148 suara dari pilrek tersebut, sedianya akan memimpin Undip selama empat tahun. Yakni periode 2014-2018.

Awalnya saya sempat tidak percaya bahwa Prof Nasir diamanahi jabatan menteri. Seperti kita tahu, Ristek dan Pendidikan Tinggi merupakan sebuah penetrasi sejak sebelumnya Pendidikan Tinggi tergabung dalam Dikti. Secara, beliau adalah orang ekonomi. Namun keraguan itu rontok seketika saat ponsel saya bergetar lantaran sebuah ‘jarkom’, yang intinya berupa undangan untuk hadir dalam diskusi terbuka (Red: siapa saja boleh datang): Rektor Terpilih Undip Jadi Menteri Riset & Dikti, Tanya Kenapa?”. Bertempat di Student Center pukul 15.30 WIT (Waktu Indonesia Tembalang) yang akan dihadiri Prof Narso selaku ketua Pilrek 2014.

Berita ini kalau boleh dianalogikan, seperti wanita jelata yang sudah dilamar, tiba-tiba pacarnya malah menikah dengan putri kerajaan. Bagaimana tidak, pelantikan rektor terpilih bahkan baru akan dilaksanakan pada 18 Desember 2014, namun ‘sang terpilih’ justru digaet untuk bekerja dalam struktur yang lebih tinggi. Bukan kecewa atau apa, tapi sebagai setitik noktah di Undip, rasanya aneh ketika menyaksikan rumah yang seperti perahu bertemu samudra (merasa pasti bakal bermuara ke mana), tiba-tiba kehilangan calon nakhodanya.

Tapi ya sudahlah.. sebagai bukan siapa-siapa, saya hanya berharap yang terbaik bagi dua hal yang saya cintai: Indonesia dan Undip. Semoga Prof. Nasir dapat menjadi bagian integral dari kabinet ‘kerja’ yang memiliki dedikasi tinggi untuk memajukan negeri ini.

Lagi pula, mungkin perasaan aneh ini akan segera kondusif setelah mengikuti diskusi terbuka di SC. Sedikitnya, konfirmasi membuat perasaan di-‘PHP’ dapat dibenahi sebagaimana mestinya.
Hidup Indonesia!
Undip Jaya! -> (Jargon Pak Hadi)


P.S: Ini saya sertakan quote dari Founding Father yang (semoga) dapat selalu mengingatkan kita, bahwa Indonesia bukan milik sebagian orang, tapi milik semua yang bisa menjaganya tetap 'Sabang sampai Merauke'.




Minggu, 19 Oktober 2014

Dimensi tak terhingga dan tak terjelang
Kaulah ketunggalan sebelum meledaknya segala percabangan
Bersatu denganmu menjadikanku mata semesta
Berpisah menjadikan aku tanya dan engkau jawabnya
Berdua kita berkejaran tanpa pernah lagi bersua

Mencecapmu lewat mimpi
Terjauh yang bisa kujalani
Meski hanya satu malam dari ribuan malam
Sekejap bersamamu menjadi tujuan peraduanku
Sekali mengenalimu menjadi tujuan hidupku

Selapis kelopak mata membatasi aku dan engkau
Setiap nafas mendekatkan sekaligus menjauhkan kita
Engkau membuatku putus asa dan mencinta
Pada saat yang sama
(Dee, 2014: Tanpa Halaman)
           
            Aku senang sekali akhirnya bisa membeli buku itu. Setelah nyaris dua tahun serial supernova mengalami status quo, akhirnya ia hadir di tengah-tengah pembaca dengan judul baru, dimensi dan tokoh yang sama sekali asing. Aku senang bisa membeli novel itu, dengan uang sendiri tentu saja, karena sejak 2 September 2013 Lalu tidak ada lagi yang menyubsidi uang novelku. Tapi tidak apa. Terpenting adalah ‘Gelombang’ di tangan.

            Seperti biasa, Dee mengangkat metafisika yang (kali ini) kaya dengan nilai budaya. tokoh utamanya, Alfa, adalah seorang anak yang karena suatu kejadian menjadi buah bibir masyarakat.



            Untuk tahu ceritanya lebih lanjut, belilah di Grame*ia .


Jumat, 17 Oktober 2014

Sometimes we hate someone just because he was himself. Not others. such love in silence, hating doesn't need any reason as well.

Aku membencimu!

Kamu tidak melakukan kesalahan apapun, aku mengerti. Tapi benci tak pernah mensyaratkan kesalahan untuk menjadi penetrasi dalam semesta pikiran seseorang. Aku membencimu apa adanya. Entah benci yang seperti apa, dan bagaimana serta kenapa?

Aku membencimu. Maka, bolehkan kalau kita tidak usah menjadi apa-apa di kehidupan mana pun. Tidak teman, tidak saudara bahkan pula musuh. Karena memusuhimu tanpa amunisi sama saja menjemput ajal dengan seutas tali. Memusuhimu membuatku harus repot-repot memikirkan bagaimana biar kamu menderita. Sebab memusuhimu, salah-salah aku bisa mati lantaran menghirup kebencian setiap hari.

Aku membencimu, mutlak tanpa tanda tanya.